Thursday, March 22, 2007

EFEKTIFKAH PEMBELAJARAN TERINTEGRASI ?

Pengalaman menarik saat berinteraksi dengan guru teman anak saya di kelas 5 di salah satu SD swasta Surabaya yang tanggap dan kreatif mempertanyakan apakah boleh mengintegrasikan beberapa materi pokok dalam sebuah tema atau proyek? Saya jawab mengapa tidak, kalau itu Ibu anggap itu lebih efektif? Saya tanya lebih lanjut: pokok materi apa saja yang ingin Ibu integrasikan dan mengapa harus diintegrasikan? Belau menjawab, beberapa pokok materi yang saya anggap “kering dan membosankan”.
Apa misalnya, tanya saya. Itu lho Pa, materi tentang peta, kenampakan alam dan buatan, iklim, kalau disampaikan begitu saja siswa hanya menghafal letak negara di peta, perubahan iklim di berbagai negara, kekayaan flora dan fauna. Bagaimana kalau saya integrasikan dengan ekonomi, sosial budaya dan politik? Saya jawab mengapa tidak, asal tema/proyek itu terkait.
Lebih lanjut saya tanya, kira-kira apa temanya? Dia jawab, bagaimana kalau ”Paket Wisata”? bagus,,jawab saya. Caranya? Ya siswa diminta mencari brosur/informasi ke biro-biro perjalanan internasional. Mereka bisa belajar berbagai maskapai penerbangan domentik maupun internasional, harga tiketnya, bagaimana pelayanannya.
Selain itu, siswa akan belajar pula mata uang, sistem pemerintahan, sistem transportasi, kebudayaan, mengenal tempat-tempat wisata, tradisi masyarakat negara yang akan dikunjungi, sekaligus iklimnya, sejarahnya. Pokoknya semua hal yang berhubungan dengan rencana paket wisata.
Saya berpikir sejenak, apa tidak terlalu sulit siswa memperoleh informasi sebanyak itu? Saya rasa tidak, sekolah kami memiliki referensi yang cukup tentang berbagai negara di dunia. Hanya yang sulit kantor imigrasi tidak menyediakan brosur-brosur bagaimana caranya mengurus paspor, visa untuk kunjungan ke berbagai negara.
Mereka sudah kelas V, kami membiasakan siswa untuk mandiri dan mereka mengerti ke mana harus mencari dan menemukan informasi yang mereka butuhkan. Bisa melalui buku, majalah, surat kabar, video, brosur, pameran kebudayaan dan pariwisata di konsulat yang ada di Surabaya. Bahkan mereka sudah terbiasa menggunakan internet, ensiklopedia.
”Luar biasa”, kalau gagasan ibu bisa diwujudkan, kata saya.
Kira-kira butuh berapa lama ibu menyelesaikan tema/proyek itu, dan bagaimana cara pembelajarannya? tanya saya. Kalau pembelajaran dilakukan secara parsial seharusnya 16 jam, dengan model tematik/proyek kira-kira hanya 8 jam saja. Caranya menggunakan pendekatan kooperatif learning karena mereka sudah terbiasa belajar bekerjasama, orang tua siswa banyak membantu mencari informasi yang dibutuhkan oleh anaknya. Pengalaman saya selama ini membuktikan anak-anak belajar dengan penuh antusias, menikmati cara belajar seperti ini, cepat dan tingkat pemahaman mereka sangat tinggi.
Kalau demikian, ibu telah memberi ”kehidupan” yang menantang pada materi ajar yang dirasakan membosankan. Hanya patut diingat, jangan hanya memberi pembelajaran kulitnya, ajak mereka merumuskan gagasan untuk mengembangkan alternatif paket wisata mana yang paling efektif, efisien dan bisa menikmati obyek wisata dengan nyaman.
Iya pa, mereka sudah terbiasa mengekspresikan hasil wawancara, hasil pengamatan, bahkan menganalisis berbagai data penduduk untuk memahami tingkat pertumbuhannya, jenis kelaminnya, jenis pekerjaannya, PUS, jumlah tenaga produktif dll. Kalau begitu ibu Ciaamik ya..?
Kesan saya, ibu guru ini paham betul bahwa kalau mengajar muridnya dengan cara memecah materi menjadi elemen-elemen yang berdiri sendiri, justru menghambat dan membingungkan siswa. Ibu guru ini sudah terbiasa menghubungkan informasi yang satu dengan informasi lainnya, sehingga siswa bisa melihat makna dan relevansi dari pengetahuan yang dipelajarinya. Nampaknya ibu guru itu paham betul, bahwa kerja otak kitapun dalam menyerap informasi harus utuh, tidak terpisah-pisah.
Maka saran yang saya berikan, biasakan ibu membedah kurikulum antara mata pelajaran pada kelas tertentu dan hubungkan dengan hasil bedah kurikulum kelas di atasnya. Dengan demikian, ibu terbiasa melihat keseluruhan materi sebelum ibu belajarkan agar tidak tumpang tindih antara materi satu dengan lainnya.
Saya salut dengan kreativitasnya, dan ibu itu patut diacungi jempol tangan dan kaki, karena telah mampu membelajarkan pengetahuan sosial lebih menarik, cepat dengan menggunakan tema yang menghubungkan dunia abstrak dengan kehidupan nyata. Selamat berkreasi lainnya. (AR).

No comments: